ASAL MUASAL UJUNGBATU ROKAN
SEJARAH KOTA
UJUNGBATU
Kota
Ujungbatu memiliki letak yang sangat strategis dimana berada pada jalan lintas
Sumatera yang menghubungkan Kota Medan dan Kota Pekanbaru. Secara Administratif
Kota Ujungbatu berada dalam wilayah Kecamatan Ujungbatu yang merupakan wilayah
pemekaran dari kecamatan Tandun dalam kabupaten Rokan Hulu. Wilayah Kota
Ujungbatu berbatasaan dengan :
Sebelah Utara berbatasan
dengan Kecamatan Pagaran Tapah Darussalam
Sebelah Selatan berbatasan
dengan Kecamatan Rokan IV Koto
Sebelah Barat berbatasan
dengan Kecamatan Rambah Samo
Dan Sebelah Timur berbatasan
dengan Kecamatan Tandun.
Secara
Historis Kota Ujungbatu merupakan wilayah dari Kerajaan Rokan. Seperti Kata
adat Ujungbatu dan Lubuk Bendahara merupakan adik dan kakak yang ”Boajok
Bokalang Batang Botindik Uwek Padi”, yang artinya adalah ujung dan pangkal
rumah yang sama-sama dibawah panji kuning kerajaan Rokan. Sehingga dalam hal
ini Kota Ujungbatu merupakan wilayah paling Utara dari kerajaan Rokan yang berbatasan
dengan Kerajaan Kunto, Kerajaan Rambah, dan Kenegerian Tandun.
Sedangkan
secara adat yang merupakan ”Warih
Bojawek, Pisoko Botolong”, maka batas ulayat Kota Ujungbatu adalah : ”di Sialang Bolantak Bosi Tocacak Pila
Sobatang Di Aur Tigo Serayo Ko Hilir Lubuk Jambu Menyoborang Ko Bukik Langgak
Ayie Togolek Ko Kiri Daerah Kunto Togolek Ko Kanan Punyo Ujungbatu Sampai Ko
Sialang Muaro Birah Adalah Berbatasan Dengan Kerajaan Kunto. Dari Sialang Muaro
Birah Sampai Ke Hulu Sungai Danto Bo Batas Dengan Tandun. Dari Hulu Sungai
Danto Menuju Bukik Suligi Sampai Ke Koto Ujungbatu Tinggi Berbatasan Dengan
Lubuk Bendahara.
Berikut
keterangan lokasi batas adat ulayat tersebut :
- Perbatasan antara ulayat Ujungbatu dan Kunto Darussalam adalah dimana jatuh peluru orang Ujungbatu dan kemana air mengolek (mengalir ditempat tersebut) maka disitulah batas tapak ulayat.
- Perbatasan Ujungbatu dan kerajaan Rambah, yaitu pada hari yang telah ditentukan oleh kedua pihak (Rambah dan Ujungbatu (kerajaan Rokan), masing-masing berangkat dari daerahnya, dengan perjanjian tempat bertemu perwakilan kedua pihak (Kerajaan Rambah dan Ujungbatu), maka disitulah tapal batas ulayat. Pada hari yang ditentukan Pihak kerajaan Rambah berangkat mulai jam 3 malam, sedangkan pihak dari Ujungbatu (kerajaan Rokan) baru mulai memasak bekal perjalanan, sesudah makan dan minum pagi baru mulai berjalan, maka akhirnya kedua rombongan bertemu di Padang Lintam Sangkir. Sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak diambillah sepotong besi yang disediakan dan di”cacakkan’ pada sebatang pohon Sialang dan diikrarkan disitulah yang menjadi batas ulayat. Dan akhirnya dikenal dengan istilah ’ Sialang Bolantak Bosi, tecacak pila sebatang, di Aur tiga serayo, ke hilir ke Lubuk Jambu, menyeborang ke Bukik Langgak, air togolek ko kiri daerah kunto, menggolek kekanan punyo Ujungbatu, sampai ko Sialang Muaro Birah, sampai ke hulus Sungai Danto berbatas dengan Tandun. Dari hulu sungai Danto menuju bukik sehingga sampai ke Koto Ujungbatu Tinggi berbatas dengan Lubuk Bendahara.
- Khusus untuk batas Ujungbatu dan Lubuk Bendahara secara adat dari dulu masih belum memiliki kejelasan sesuai dengan kato adat, dari ”warih yang bojawek pisako yaang botolong” yang berbunyi ; Ujungbatu paangkal rumah, boajok bokalang batang botindik uwek padi. Yang dimaksudkan secucu sekemenakan, sepayung dibawah panji kerajaan Rokan, dengan tata cara pengendalian ” Boladang sobidang surang, Bokojo moambik ari”, yang dimaksudkan batas daerah kerja tetap ada tetapi secara hukum adatnya secucu sekemenakan. ”kok tibo silang solisih samo-samo di selosaikan. Kok koruh samo-samo di jonihkan. Akan tetapi secara administratif permasalahan tapal batas Lubuk Bendahara dan Ujungbatu (Desa Suka Damai) sudah pernah dimusyawarahkan pada tahun 2005. Dimana hasilnya :
-
Pihak
dari wakil desa Lubuk Bendahara batas ulayat adalah terletak di Bandar Parit
(Aro Kuning) Koto Ujungbatu Tinggi
-
Pihak
Ujungbatu (desa Sukadamai) mengemukakan batas ulayat adalaah Koto Ujungbatu
Tinggi. (Informasi selanjutnya belum di ketahui penulis)
Ujungbatu Tanah Bolobieh
Asal usul
penduduk Ujungbatu dapat diurut dari negeri Sakai yang berada di Koto Bungo
Tanjung yang letaknya lebih kurang diantara LubukBendahara dan Tanjung Medan
sekarang. Menurut cerita Koto Bungo Tanjung adalah negeri yang damai sampai
terjadinya adanya wabah Somuk Gata yang tiba-tiba sangat banyak datang sehingga
jumlanya tidak tertanggulangi lagi oleh masyarakat. Akhirnya wabah ini memaksa
penduduk Koto Bungo Tanjung untuk mencari tempat hidup yang baru dan Koto Kocik (Lubuk
Bendahara) menjadi pilihan untuk pemukiman yang baru. Namun setelah tahun
berganti tahun dan abad berganti abat Koto Kocik tidak lagi dapat untuk
menampung jumlah penduduk yang semakin banyak. Apalagi ketika itu wilayah
daratan masih sangat terbatas mengingat permukaan air yang masih tinggi dimana
Sungai Rokan yang sekarang masih seperti lautan dan belum terbentuk badan
sungainya. Kemudian perkampungan Koto Kocik inipun akhirnya berkembang
kewilayah yang lumayan mendukung yaitu kewilayah timur Koto Kocik yang ketika itu bernama Koto
Jonjang Batu Tinggi yang lambat laun berubah nama menjadi Koto Ujungbatu
Tinggi. Diberi nama Ujungbatu Tinggi karena wilayah tersebut adalah wilayah
terujung yang masih Tinggi yang bisa dijadikan perkampungan dan tanahnya berbatua-batuan.
Ujungbatu
yang sekarang bukanlah daratan yang dapat kita temukan saat ini. Sekitar 6 abad
yang lalu Ujungbatu yang sekarang masih merupakan air tergenang (danau) karena ketika itu permukaan laut masih
tinggi sedangkan sungai Rokan yang sekarang kedalam airnya masih sekitar 20 m. Asal
muasal penduduk Kota Ujungbatu Sekarang
masih Berada di Ujungbatu Koto Tinggi karena hanya itulah salah satu wilayah
yang bisa di huni karena tidak tergenang oleh air. Diberi nama Koto Ujungbatu
Tinggi karena mengingat ketika itu wilayah Koto Ujungbatu Tingggi merupakan
satu-satunya wilayah paling ujung dari kerajaan Rokan yang berbatu-batu serta
satunya yang dataran yang tinggi yang bisa dijadikan perkampungan, maka melihat
kondisi daerah inilah ketika itu masyarakat menamakannya ” Koto Ujungbatu Tingggi ”.
Sedangkan asal
muasal penduduk Koto Ujungbatu Tinggi ini merupakan sebagian dari penduduk Koto
Kocik (Lubuk Bendahara Sekarang)
dimana ketika itu penduduk Koto Kocik ini sudah padat sehingga sebagian
penduduknya kearah menghilir sungai Rokan yang memiliki wilayah yang cukup
datar dan tidak tergenang air. Syahdan seiring dengan perjalanan waktu penduduk
Koto Ujungbatu Tinggi mulai padat
penduduknya, tempat berladang semakin sulit karena Koto Ujungbatu Tinggi merupakan
daerah yang sempit dan berbatu-batu. Sementara disisi lain daratan sudah mulai
bermunculan karena permukaan air mulai surut. Air-air yang merupakan danau
sudah mulai menjadi hutan belantara.
Alkisah
ketika itu yang menjadi penghulu kampung di Koto Ujungbatu Tinggi adalah Datuk
Hitam yang bergelar Datuk Bendaharo Mudo dan tangan kanan kepercayaanya adalah
Ninik Poladang. Suatu Hari terbersit dihati Ninik Poladang untuk mencari
wilayah baru untuk bermukim dan berladang karena melihat banyak belantara yang
bisa di buka menjadi soko baik untuk berladang ataupun tempat pemukiman, maka
menghadaplah Ninik Poladang kepada Datuk Bendaharo Mudo dan menceritakan Maksud
kedatangannya untuk mencari soko baru sebagai tanah ulayat. Hal yang
disampaikan Ninik Poladang mendapat tanggapan positif dari Datuk Bendaharo Mudo
karena beliau juga sudah lama berniat untuk mencari wilayah baru untuk
mendirikan soko, maka dengan lantang Datuk Bendaharo Mudo memberikan mandat
untuk mencari ”Tanah Bolobieh” untuk
tempat hunian baru. Selanjutnya istilah inilah yang sekarang sering disebutkan
orang banyak bahwa Ujungbatu Tanah
Bolobieh.
Maka pada
hari yang ditentukan berangkatlah Ninik Poladang dan Juga ikut Datuk Bendaharo
Mudo serta beberapa orang lainnya berjalan
kaki melewati hutan menghiliri Sungai Rokan yang ketika itu sudah mulai surut.
Setelah capek berjalan akhirnya mereka mencari tempat yang bagus untuk
beristirahat. Setelah berkeliling akhirnya mereka menemukan sebatang pohon
durian yang tumbuh liar. Pohon tersebut memiliki diameter yang sangat besar,
jika seandainya direbahkan maka oarang yang berdiri di sebalik batang tersebut
tidak akan kelihatan, dan akhirnya inilah cikal bakal perkampungan durian
sebatang sekarang yang berada diatas Petakur atas Ujungbatu. Setelah puas
beristirahat rombongan inipun membuat rakit untuk selanjutnya mencoba pencarian
lewat jalan air dengan mengairi sungai
Rokan.
Selanjutnya
setelah lama berlayar mereka memasuki Danau Seseak Jalo dan berhenti serta
menambatkan perahunya di Tanjung Lubuk
Tanam Konji atau sekarang sering disebut Toluk Koranji. Adapun Ninik
Poladang membawa seekor anjing yang bernama sibelang. Kemana mereka pergi
sebelang selalu mengikuti dari belakang, kemudian pada suatu tempat disebuah
lobang sibelang tidak mau beranjak dan hanya
mengelilingi lobang tersebut
sambil terus menggonggong seperti ada suatu hal yang akan disampaikan
kepada tuannya. Melihat timgkah anjing tersebut rombongan Datuk Bendaharo Mudo
kehilangan akal dan berfikir dalam hati, mungkin disinilah tempat yang pas
untuk mendirikan perkampungan yang baik lalu Datuk Bendaharo Mudo menancapkan
sebatang anak kayu sebanyak empat batang seluas satu depa persegi disekitar
lobang tersebut. Dan akhirnya disinilah kampung yang akan dibangun yang
selanjutnya sekarang bernama Koto Ruang, karena ketika itu disini terdapat
sedikit ruang yang lapang yang tidak ditumbuhi semak disekitar lobang yang
ditemukan anjing Ninik Poladang.
Dari Koto
Ruang perkampungan mulai berkembang ke daerah Kubu Juar. Dinamakan Kubu Juar
karena ketika itu wilayah ini adalah daerah tempat orang berladang dengan
mengumpul dan tempat mondoknya terbuat dari kayu Juar. Selanjutnya dari Kubu
Juar perkampungan berkembang kearah Sungai Teriak. Perkampungan di Sungai
Teriak ini sangat berkembang pesat karena menjadi pusat pasar dimana ketika itu
transportasi masih banyak bergantung sama air sungai.
Ujungbatu Nogoghi Soseak Jalo
Menurut cerita sebelum jadi
daratan Ujungbatu sekarang merupakan sebuah danau yang sangat banyak ikannya.
Bahkan syahdan dengan sekali menjala Ikan maka hasil tangkapannya bisa untuk
memenuhi lauk orang satu kampung sehingga ketika itu danau ini dinamakan ”Danau
Seseak Jalo”.
Komentar