POTONG EKOR IKAN JUARO MENGELUARKAN BAU KOTORAN MANUSIA
POTONG EKOR IKAN JUARO MENGELUARKAN BAU KOTORAN MANUSIA
Salah satu jenis ikan konsumsi yang mendiami Sungai
Rokan adalah Ikan Juaro. Spesies ikan ini mirip sekali dengan ikan patin, jika
tidak di perhatikan secara detail kita mungkin akan menganggapnya Ikan Patin. Secara
morfologi perbedaan yang mencolok antara Ikan Juaro dan Ikan Patin adalah bentuk tubuh yang lebih langsing, mata
yang lebih besar dan lendir yang lebih banyak. Ikan Juaro memiliki nama ilmiah Pangasius poliuranodo.
Di sungai Rokan Populasi ikan ini hampir merata bisa
ditemukan di sepanjang aliran Sungai Rokan. Tidak ada kriteria khusus yang menjadi
lokasi dari habitat Ikan Juaro. Ikan ini bisa hidup dialiran Sungai Rokan yang
tenang atau yang memiliki arus. Ikan ini termasuk ikan yang rakus yang memakan
apa saja yang ditemui. Seringkali ikan ini terlihat sedang mengejar sampah atau
(maaf) kotoran manusia yang terapung di sepanjang sungai. Mungkin oleh karena
itu ikan ini mempunyai kelenjar/urat yang kalau terpotong baunya sangat busuk.
Untuk mengkonsumsi ikan Juaro ini perlu teknik
memotong khusus dalam membersihkannya. Apabila urat kelenjar bau terpotong, maka
masakan dan seluruh perkakasnya akan berbau seperti kotoran manusia. Dalam membersihkan
Ikan Juaro, masyarakat Melayu Rokan akan menghindari memotong sirip ekor ikan ini,
karena pada sirip ekor Ikan Juaro berdasarkan pengalaman, merupakan tempat urat
yang akan mengelurakan lendir disertai bau busuk seperti bau kotoran manusia
jika dimasak.
Secara ilmiah cairan ataupun lendir yang berbau busuk
tersebut keluar melalui Integumen. Secara alami lendir yang dikeluarkan
integumen berguna untuk mengurangi gesekan dengan air, sebagai penutup luka,
pencegah infeksi kulit, alat komunikasi kimiawi serta sebagai alat pertahanan
pada ikan. Umumnya ikan yang
tidak bersisik memiliki lendir yang lebih tebal dibandingkan dengan ikan yang
bersisik. Hal ini merupakan suatu keadaan pengganti ketiadaan sisiknya.
Ketebalan lendir yang menyelimuti tubuh ikan tidak selalu sama dari waktu kewaktu.
Pada keadaan yang genting, seperti bila melepaskan diri dari bahaya, sel
kelenjar akan lebih giat lagi untuk mengeluarkan lendir sehingga lapisan lendir
menjadi lebih tebal daripada keadaan normal.
Seperti pada Ikan Juaro yang termasuk kategori ikan
yang tidak bersisik, fungsi lendir salah satunya adalah sebagai alat untuk
mempertahankan diri jika merasa terancam. Secara alami ikan juaro akan
mengeluarkan banyak lendir jika terancam, dan kelenjar lendir tersebut akan
semakin giat memperoduksi lendir dengan disertai bau busuk yang tersimpan pada
sirip ekornya jika mendapat rangsangan dengan dipotong. Biasanya selama, sirip
ekor tidak dipotong, ikan juaro hanya akan mengeluarkan lendir yang bisa
dihilangkan dengan memberikan asam jeruk sebelum memasaknya, namun jika sirip ekor
dipotong maka akan memicu keluarnya lendir yang disertai bau busuk seperti
kotoran manusia.
Daging ikan juaro jika diolah dengan cara yang tepat
akan enak dan gurih rasanya. Masyarakat Melayu Rokan cendrung mengolah Ikan
Juaro dengan memasak Gulai Asam Pedas. Bau amis dan lendir yang dikeluarkan
ikan juaro bisa dihilangkan dengan adanya penambahan asam yang diberikan pada
bumbu ikan yang dimasak dengan cara membuat Gulai Asam Pedas. Kesimpulannnya selama
tidak memicu ikan juaro mengeluarkan lendir yang berbau busuk, maka ikan juaro
sebenarnya bisa diolah dengan cara apa saja sebagai masakan yang enak rasanya.
Komentar