SARAK PIGHO' ( PARE )
SARAK
PIGHO’
Pigho’ (melayu
Rokan) memiliki nama lain menurut wikipedia.com yaitu Peria, paria atau pare adalah tumbuhan merambat yang berasal dari wilayah Asia Tropis, terutama daerah India bagian barat, yaitu Assam dan Burma. Anggota
suku labu-labuan atau Cucurbitaceae ini biasa dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai
sayuran maupun bahan pengobatan. Nama Momordica yang melekat pada nama binomialnya berarti "gigitan" yang menunjukkan pemerian
tepi daunnya yang bergerigi menyerupai bekas gigitan. Peria memiliki banyak nama lokal, di
daerah Jawa di sebut sebagai paria, pare, pare
pahit, pepareh. Di Sumatra, peria dikenal dengan nama prieu, fori, pepare, kambeh, paria.
Orang Nusa Tenggara menyebutnya paya, truwuk, paitap, paliak, pariak, pania,
dan pepule, sedangkan di Sulawesi, orang menyebutnya dengan poya, pudu, pentu, paria
belenggede, serta palia.
Pigho adalah sejenis tumbuhan merambat
dengan buah yang panjang dan runcing pada
ujungnya serta permukaan bergerigi. Peria tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh
liar di tanah telantar, tegalan, dibudidayakan, atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar. Tanaman
ini tumbuh merambat atau memanjat dengan sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak
serta batangnya berusuk isma. Daun tunggal, bertangkai
dan letaknya berseling, berbentuk bulat panjang, dengan panjang 3,5 -
8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkalnya berbentuk jantung, serta warnanya hijau tua. Bunga merupakan
bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, mahkotanya
berwarna kuning. Buahnya bulat
memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan,
panjangnya 8–30 cm, rasanya pahit, warna buah hijau, bila masak menjadi
oranye yang pecah dengan tiga daun buah. Pare banyak di daerah tropis. Tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemui di tanah telantar,
tegalan, atau dibudidayakan dan ditanam di pekarangan dengan dirambatkan
di pagar untuk diambil buahnya.
Buah Pigho banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat melayu rokan sebagai salah satu alternatif sayuran, dimana biasanya
dimasak dengan digulai pakai santan, di rebus, digoreng dan dikasih cabe dan
ada juga di sarak. Disini kami akan menjelaskan sedikit tentang cara pembuatan
sarak pigho tersebut.
1. Bahan yang diperlukan
-
4 buah pigho
ukuran sedang
- 250 gram
kelapa dan di gongseng sampai kering lalu ditumbuk sampai halus
-
250 gram
santan kental
-
100 gram cabe
rawit
-
50 gram cabe
merah
-
6 siung
bawang merah
-
4 siung
bawang putih
-
1 batang
serai di geprek
-
3 lembar
daun salam
- 1 lembar daun kunyit
-
2 lembar daun
jeruk
-
jahe
kira-kira sepanjang 3 cm
-
Sedikit lengkuas
- Garam dan
penyedap rasa jika diperlukan
-
Minyak goreng
untuk menumis
2. Cara membuat
-
Pisahkan
pigho dan bijinya, lalu potong sesuai selera dan direndam dengan air garam 10
menit
-
Tumbuk biji
pigho hingga halus lalu sisihkan
- Haluskan
bawang putih, cabe rawit, cabe merah, bawang merah lengkuas dan jahe dengan
menggunakan blender dan sisihkan
- Panas minyak goreng, lalu goreng bumbu yang
telah dihaluskan sampai tercium aroma harum, kemudian masukkan santan, biji
pigho yang sudah dihaluskan, pigho yang sudah dipotong-potong, tambahkan juga
daun salam, serai, dan daun jeruk, serta daun kunyit
- Setelah pigho
matang, tambahkan kelapa gongseng, dan aduk aduk sampai mengering, selanjutnya
siap disajikan.
Komentar