Raja Bantu Kerajaan Rokan Di Ujungbatu
Kota Ujungbatu yang memiliki ulayat yang berada di antara bukit suligi, pada lintam sangkir rambah samo, lubuk jambu, sampai bukit langgak sempat di perintah oleh raja bantu dari kerajaan rokan, yang pada waktu itu berpusat di Koto Ujungbatu Tinggi. Koto Ujungbatu Tinggi ini terletak di antara Lubuk bendahara dengan Durian Sebatang sekarang. Ada 2 orang raja yang sempat di perbantukan untuk memimpin di Ujungbatu yaitu; Sultan Halifata'ilah pada masa pemerintahan Raja Rokan Yang Dipertuan Sakti Lahit (1645-1704 M ) dan Yang Dipertuan Besar Gudimat pada masa pemerintahan raja Rokan Yang Dipertuan Sakti Selo (1739 - 1805 M).
1. Sultan Halifata'illah
Sultan Halifata'ilah adalah seorang keturunan dari Raja Keraajaan Pagaruyung, yang menikahi Hajo Siti yang bergelar Putri Intan Sudi yang tak lain adalah adik perempuan dari Raja Rokan Yang Dipertuan Sakti Lahit. Setelah menikahi adiknya Sultan Halafata'ilah ini di minta oleh Yang Dipertuan Sakti Lahit ( Raja Rokan yang ke 7) untuk menetap di Koto Kocik (Lubuk Bendahara Sekarang), dan memerintah disana dibawah panji panji kerajaan rokan.
Sultan Halifata'ilah ini memiliki 4 orang yaitu 2 laki laki dan 2 orang lagi perempuan. yang laki laki bernama Selo dan Gudimat, sedang yang perempuan bernama Umah dan Suadi. Kelak Selo anak kedua dari Sultan Halifata'ilah ini akan menjadi raja rokan yang ke 8 dengan gelar Yang Dipertuan Sakti Selo, menggantikan pamannya Yang Dipertuan Sakti Lahit, sedangkan adiknya Gudimat memerintah di Koto Ujungbatu Tinggi dengan gelar Yang Dipertuan Besar.
Setelah sekian lama memerintah di Koto Kocik, Sultan Halifata'ilah memindahkan kampungnya ke Koto Bungo Tanjung, sebelah kiri hulu Koto Kocik Lubuk Bendahara Sekarang. keberadaan Sultan Halifata'ilah di Koto Bungo Tanjung, membuat perkembangan kampung tersebut tumbuh pesat, dan akhirnya Sultan Halifata'ilah menikah lagi dengan keturunan raja lain dari raja kuato (perlu referensi). Pernikahan yang kedua ini menyebabkan terjadinya perpecahan dalam rumah tangga Sultan Halifata'ilah, dimana istri pertama beliau Hajo Siti atau Putri Intan Sudi tidak terima dan lari dari rumah dan masuk ke kerajaan rambah. Sepeninggal istri pertamanya berdasarakan rangkuman curai paparan Koto Bungo Tanjung di serang oleh wabah semut (Somuk Gata), yang membuat ketidaknyamanan masyarakat di Koto Bungo Tanjung. Akhirnya Sulthan Kalifata'ilah memutuskan memindahkan perkampungan di Koto Ujungbatu Tinggi dan menetap disana sampai ajal menjemputnya, dan perkampungan inilah yang menjadi Kota Ujungbatu Sekarang.
2. Yang Dipertuan Besar Gudimat
Yang Dipertuan Besar Gudimat adalah adak bungsu dari Sultan Halifata'ilah. Setelah kakaknya Yang Dipertuan Sakti Selo dinobatkan menjadi raja rokan menggantikan pamannya Yang Dipertuan Sakti Lahit, maka Gudimat diminta oleh kakaknya ini menjadi raja bantu di kerajaan rokan.
Selama memerintah di Koto Ujungbatu Tinggi Yang Dipertuan Besar Gudimat, sempat membawa andil memperluas wilayah kerajaan rokan, seperti terbentuknya struktur pemerintahan adat yang ada di kampung pakis. Salah satu peninggalan Yang Dipertuan Sakti Gudimat saat ini adalah adalah benteng parit di Koto Ujungbatu Tinggi, dimana ketika itu menjadi benteng pertahanan pertama bagi kerajaan rokan dalam perang saudara melawan kerajaan rambah. Yang Dipertuan Besar Gudimat memerintah sampai akhir hayatnya di Koto Ujungbatu Tinggi dan dikuburkan disana.
Setelah mangkat Yang Dipertuan Besar Gudimat, tidak ada lagi wakil raja di Koto Ujungbatu Tinggi, dan tampuk penghulu kampung di gantikan oleh Datuk Bendaharo.
Demikian sekilas rangkuman curai paparan tentang Raja yang pernah memerintah di Koto Ujungbatu Tinggi yang keterangannya perlu penelitian lebih lanjut dan analisa yang lebih mendalam.
Komentar