NENEK KAYO ANDO DARI PEMATANG PUTI
NENEK KAYO ANDO
Sebagai orang pertama yang membuka
ulayat di perkampungan Pematang Puti membuat Nenek Kayo Ando memiliki tanah
yang sangat luas dan di daulat menjadi penghulu kampung. Setiap orang yang
datang menetap, harus melewati izin darinya. Awalnya hanya satu dua rumah
disana, tapi saat ini telah menjadi perkampungan yang padat penduduk. Kehidupan
Nenek Kayo Ando saat ini tidak kekurangan apapun kecuali sebuah kenyataan dia
adalah seorang janda.
Hasil
pertanian dari ladang padinya yang sangat luas untuk sekali panen cukup untuk
hidup selama beberapa tahun kedepan. Tidak adanya pesaing dalam perniagaan menjadikan
Nenek Kayo Ando menjadi orang terkaya satu satunya di Pematang Puti. Dengan
kekayaannya Nenek Kayo Ando mampu menjadi penghulu kampung yang disegani. Banyaknya
jawara yang menjadi pengawal serta banyaknya karyawan yang mengelola perniagaan
dan ladang padinya menambah wibawa kepemimpinannya.
Walaupun menjadi penghulu kampung yang
punya segalanya, tidaklah membuat Nenek Kayo Ando menjadi sombong dan bertindak
sesuka hati. Barang dagangan kebutuhan pokok dan sandang yang didapatnya dari kotaraja
di kerajaan Siak tidaklah dijual kepada penduduk kampung dengan harga tinggi. “
Asalkan bisa menutupi biaya operasional dan mendapatkan sedikit selisih
kentungan itu sudah cukup” , katanya kepada karyawannya dalam menetapkan harga
barang. Niatnya dalam berniaga hanyalah untuk menolong warga kampung. Mungkin
kondisi inilah yang membuat seluruh penduduk kampung menaruh hormat kepadanya
dan semakin membuat perniagaannya menjadi sukses dan lancar serta kampung
Pematang Puti bisa berkembang dengan pesat.
Saat
ini Nenek Kayo Ando tidak lagi memiliki suami, tapi dia tampak sangat bahagia,
apalagi dua putri kembarnya telah tumbuh dewasa dan menjadi gadis yang cantik
jelita. Putri pertama diberinya nama Puti Sangkar Bulan dan yang kedua bernama
Puti Ombun Pagi. Kecantikan kedua putrinya termasyhur sampai kemana mana. Sudah
ada dua pangeran yang datang dengan niat baik ingin mempersunting putrinya
yaitu yang pertama dari kerajaan Rokan dan yang kedua Dari Pagaruyung, namun
tidak sampai kepelaminan, mungkin karena tidak berjodoh.
Kebahagiaan yang dirasakan Nenek Kayo
Ando saat ini adalah buah dari kenangan pahitnya dimasa lalu. Ribuan prahara
kehidupan telah dilaluinya, mulai dari sejak gadis dan menjadi putri bungsu
yang jelita seorang penghulu di Kampung Sialang, dia harus menerima nasib dijodohkan
dengan seorang panglima yang sudah tua renta dari kerajaan Pagaruyung. Demi
menghentikan perang, dia dikorbakan dengan dinikahkan dengan panglima perang
tersebut. Setelah puas mencicipi tubuhnya, panglima tersebut kembali ke Pagaruyung tanpa memperdulikan dirinya. Nasibnya semakin terpuruk setelah ternyata dia
hamil dan dituduh berzina sehingga dihukum dengan harus meninggalkan kampung Sialang.
Dengan
jalan tertatih tatih dan kondisi perut buncit ketika itu setelah melewati
banyak rintangan akhrinya dia terdampar di Pematang Puti yang dulunya adalah sebuah
rimba belantara ditepian danau. Hanya
nasib baik yang membuatnya tetap hidup, tak terbayang olehnya ketiku itu bisa
seorang diri melewati hutan rimba yang dihuni oleh aneka binatang berbisa dan
binatang buas untuk bisa sampai ke Pematang Puti ini. Berkat kegigihannya dalam bertahan hiduplah
akhirnya, dia bisa menyesuaikan diri dengan kerasnya kehidupan di alam bebas, sehingga
hutan belantara saat itu telah disulap menjadi sebuah perkampungan saat ini.
Setelah
kedua putrinya dewasa, hidupnya juga belum reda dari ditimpa musibah. Hampir
saja dia kehilangan kedua putrinya karena diculik oleh gerombolan penyamun
Pendeka Ayam Bekokok dari Koto Bungo Tanjung. Waktu itu dia dan kedua putrinya
dalam perjalanan pulang dari kotaraja siak dengan membawa banyak barang
perniagaan. Ketika melewati “ Tanah Aduan “, disingkat Tanduan atau Tandun,
mereka disergap oleh gerombolan penyamun yang dipimpin oleh Pendeka Ayam
Bekokok. Sepuluh pengawalnya yang selama ini jawara dan tak pernah
dikalahkan tak berkutik melawan
kedigdayaan Pendeka Ayam Bekokok.
Setiap
senjata pengawalnya yang singgah dibadan pendeka Ayam Bekokok tersebut tidak
bisa memberi bekas apalagi sampai melukainya. Jurus andalan pemimpin penyamun
tersebut adalah dengan mengeluarkan suara seperti kokok ayam jantan “ ko ko ko
kook “, maka seketika seluruh pengawalnya menjadi lumpuh dan kesakitan sambil
memegang kedua telinga mereka. Untung saja ketika itu datang seorang pahlawan
tak dikenal. Dengan melemparkan cincin yang tersemat dijarinya kemulut lawan,
seketika membuat Pendeka Ayam Bekokok tercekik kesakitan dan tidak bisa
bersuara serta menjadi lemas dan hilang kekuatan. Selanjutnya setelah memohon ampun
dan berjanji tidak akan berbuat kejatahan lagi, barulah cincin yang membuat
kerongkongan pendeka Ayam Bekokok dilepaskan pahlawan itu dengan menjentikkan
jari telunjuknya dan seketika cincin kembali tersemat dijari manisnya.
Sekarang
hubungannya dengan pahlawan yang ternyata bernama Datuk Godang Cincin itu
sangatlah baik. Walaupun tidak mau menetap di Pematang Puti karena ingin hidup
menyendiri dan jauh dari hiruk pikuk kehidupan mereka masih sering
bersilaturrahmi. Datuk Godang Cincin yang lebih memilih telah menetap di Bukit
Langgak yang berlokasi tidak jauh dari perkampungan Pematang Puti, sehingga
jika ada perhelatan yang diadakan di Pematang Puti beliau selalu hadir, begitu
juga jika diminta pertolongan, Datuk Godang Cincin tidak pernah menolaknya.
Seperti
saat ini ketika diminta untuk mencari ikan yang cukup banyak, Datuk Godang
Cincin bersedia melakukannya. Anehnya setiap Nenek Kayo Ando dalam kesulitan,
Datuk Godang Cincin selalu datang membantu.
Apakah dia menyukaiku..??,, batin Nenek Kayo
Ando, ah.. tak mungkin, bukankah aku sekarang sudah tua, sudah lebih 25 tahun
aku meninggalkan kampung Sialang. Kulitku sudah mulai keriput, walaupun masih
saja ada saja orang yang mengatakan aku masih cantik.., hehe.. batinnya sambil
tersenyum-senyum sendiri.
Ditengah
sibuk berselancar dalam kenangannya dimasa lalu diatas balai balai yang terdapat diteras rumahnya, tiba tiba datang beberapa
pengawalnya membawa ikan yang dipesannya.
Nek...,
kata salah satu pengawal, ikannya mau di tarok dimana..??? katanya lagi.
Oh...
ya..ya, jawabnya setengah terkejut, mari kita bawa kedalam, katanya sambil
menghilang dibalik pintu biliknya yang berukuran besar dan indah.
Komentar